Perempuan-perempuan Keramat Tunggak (bab.4)

BAB 4

Ketika bahaya menikam dada
Kompleks Bordil kramat tunggak  tempat seks diperdagangkan boleh jadi tidak pernah sepi,namun para perempuan kramat tunggak tidak selalu memperoleh pelanggan sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menarik lelaki yang berseliweran di gan-gang kramat tunggak agar mampir minum dan syukur-syukur melakukan transaksi seks di bordilnya. Begitu juga para germo,mereka “memancing” pelanggan dengan berbagai cara mulai dari memasang lampu dan musik disko sampai dengan cara-cara mistik. Dinas sosial tidak banyak menaruh perhatian terhadap keuangan para germo dan anak asuhnya,perhatiannya hanya sebatas anjuran untuk menabung di bank,dengan tujuan jika mereka berhenti melacur mereka mempunya modal. Penilitian ini membuktikan 30% dr 459 responden yang mempunya tabungan,yang tidak? Mereka beralasan tidak di ajarkan cara menabung di bank.
Untuk hal keamanan Dinas Sosial menaruh perhatian besar,tercermin dari dipekerjakan petugas keaamana di hampir setiap bordil,namun tidak di pintu gerbang. Pada Tahun 1993-1995 pembunuhan cukup sering terjadi (3bulan 1x). Motif pembunuhan biasanya karna rasa cemburu atau merampok.

Serat racun dalam tubuh
Hidup perempuan Kramat Tunggak memang tidak mudah. “Budaya” Kramat Tunggak dengan cepat masuk kedalam diri dan menjadi Bagian dari prilaku mereka.
-          64% dari 459 responden adalah perokok
-          56% (256 orang) adalah peminum
-          4% (19orang) mengkonsumsi pil-pil terlarang
Selain sarat racun di dalam tubuh,pikiran mereka serat dengan kebingungan-kebingungan akan nila-nilai hidup hingga bisa terancam gangguan pada jiwa mereka.

Pelayanan kesehatan
Berbagai upaya mengatasi masalah kesehatan sudah diupayakan oleh pihak panti,khususnya penyakit menular. Dulu pemerintah memberikan suntikan insulin agar pelanggan tidak tertular penyakit kelamin namun pada Tahun 1987 Depertemen Kesehatan menghentikan kebijakan tersebut karena alasan kurangnya biaya atau khawatir terjadi resistensi akibat penyuntikan yang tidak teratur. Lalu mereka mengandalkan puskesmas namun pada tahun 1990 puskesmas itu diratakan dengan tanah tujuan awalnya untuk di perbaharui ternyata hingga kini tinggal reruntuhannya saja krn adanya konflik anatara Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial DKI Jakarta.
Kemudian Dinas Kesehatan membentuk tim kesehatan sendiri dengan sistem pelayanan “jemput bola”  maksudnya tim ini pada awal bulan berkunjung ke komplek secara berpindah-pindah namun pelayanan tersebut kurang maksimal. Selain pelayanan kesehatan,pihak panti juga mengadakan ceramah masal kepada per20 anak asuh dengan germonya dengan topik IMS,AIDS,penggunaan kondom. Namun Pihak Dinas Sosial berpendapaat bahwa tindakan ini tidak efisien dan terlalu lama mengingat rata-rata seorang anak asuh beroprasi selama kurang lebih 2 tahun.  Pihak pantripun sebenarnya mempunyai kesempetan untuk memberikan kerajinan ketrampilan.

Jerat diseputar ranjang
Masih rendahnya prevalensi HIV di sini ditambahnya dengan adanya kebijakan unliked-anonymous menyebabkan ketika survei dengan kuesioner,hanya 3 orang yang mengaku kenal dengan seseorang yang positif HIV.

Antara Mitos dan Tabu
Awampun tahu penyakit penyakit seperti ini merupakan akibat dari jajan seks,terutama dengan pelacur. Yang jarang disadari masyarakat adalah pertama kali pelacur mendapatkan penyakit-penyakit ini dari para lelaki,entah dari mana pelanggannya atau bahkan suami/pacarnya. Mereka sesungguhnya adalah korban. Salah satu kepercayaan mereka adalah keputihan adalah akibat dari seringnya tidur pagi/tidur siang. Padahal menurut medis keputihan bisa jadi adalah tanda adanya IMS. Mereka mengatasi keputihan dengan cara mereka sendiri dari minum obat tanpa dosis yang sesuai sampai memasukan odol kedalam lobang vagina agar tidak “licin”.
Bila beban ditanggung sendiri
Satu-satunya cara mencegah IMS dan HIV yang paling tepat untuk ditingkatan di masyarakat pelacuran hanyalah pemakaian kondom secara konsisten. Namun mereka seringkali berbohong jika ditanya tentang apakah merka menggunakan kondom pada saat “bermain”. Hingga awal tahun 19997 Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Pemulihan Kesehatan Pemukiman (P2M-PLP) telah mengeluarkan surat edaran yang menganjurkan agar tempat-tempat pelacuran diberlakukan pemakaian kondom 100 persen.

Lelaki Tanpa Beban
Survei membuktikan 2000 lelaki datang berkunjung ke Kramat Tunggak setiap malam. Menurut perempuan Keramat Tunggak,setidaknya ada tiga jenis lelaki pengunjung
1.       “tamu biasa” : lelaki yang baru satu-dua kali bertransaksi seks dengan seseorang perempuan/lelaki yang sekali saja datang
2.       “ kenalan” atau “langganan” lelaki rutin yng melakukan transaksi seks dengan perempuan yang sama,dengan frekuensi lumayan sering
3.       “gendak/gendok” atau “pacar” 

Komentar

Postingan Populer